Tim Sholawat An Nabil Wonosobo

Alhamdulillah...setelah pada tahun 2008 terbentuk Grup Vokal Islami An-Nabil di Samarinda, Kalimantan Timur. Saat ini telah terbentuk pula Grup Vokal Islami An-Nabil di Wonosobo, Jawa Tengah. An Nabil Wonosobo beranggotakan 4 remaja putri yang kesemuanya masih duduk di bangku SMA. Mereka adalah :
1.Risti. (Klething Merah)
2.Wati. (Klething Hijau)
3.Gefis. (Klething Hitam)
4.Via. (Klething Biru)

Uniknya, selain menggunakan gelar nama tokoh (Klething) dalam cerita rakyat khas Jawa Tengah "Ande-Ande Lumut". Masing-masing personil An Nabil Wonosobo memiliki ciri khas suara dan warna vokal yang berbeda-beda. Risti (Klething Merah) sangat merdu menyanyikan lagu-lagu yang bernuansa Qasidah. Musik bernuansa Pop dan Rock menjadi spesialisasi Gefis (Klething Hitam). Via (Klething Biru) sangat syahdu mendendangkan lagu-lagu Dangdut. Sedangkan Wati (Klething Hijau) sangat luwes ketika menyenandungkan tembang-tembang daerah berbahasa jawa seperti langgam, campursari, macapat dan juga lagu-lagu berbahasa Dayak, Lho kok Dayak! Yah, karena sebelum pindah ke Pulau Jawa, Wati sempat menghabiskan masa SD dan SMP-nya di Kota Sampit, Kab.Kota Waringin Timur. Kalimantan Tengah. Karakter suara dengan nada yang tinggi, menjadikan Wati juga sangat apik melantunkan lagu-lagu india.

Keunikan-keunikan pada An-Nabil Wonosobo mudah dimaklumi, karena nantinya mereka punya tugas utama yaitu menjadi pengiring dan pendukung dalam setiap penampilan dakwah "Sang Da'i Unik & Kreatif", Da'i Angin. Sebagai penampilan perdana, An-Nabil akan tampil mengiringi Da'i Angin dalam syuting pembuatan VCD Nada & Dakwah, dengan judul "Wanita Penghuni Surga" dan "Bom MBLEDOSH...! & Terorisme" pada tanggal 19 agustus 2009.

Ke depan, Tim Manajemen Nada & Dakwah "Santri nDeso" berencana akan membuat VCD lagu-lagu islami dari grup An-Nabil Wonosobo. "Kami sangat berharap An-Nabil tidak saja berfungsi sebagai grup pengiring Da'i Angin, tapi juga mampu menjadi sebuah grup vokal islami yang mandiri dan berprestasi. Tentunya hal itu tidak bisa tercapai jika kami hanya berleha-leha dan tidak mau berlatih dengan sungguh-sungguh." papar Gefis, salah satu anggota An-Nabil Wonosobo. (by ayusha)

afwan...foto-foto personil An-Nabil Wonosobo belum bisa kami tampilkan.
Lihat Selengkapnya...KLIK DISINI MEN!

Sang Da'i Kodok

Mungkin masih terngiang dalam ingatan kita. Ada Da'i TPI yang pada saat bertarung di medan laga MIMBAR DAI TPI selalu mengenakan tas ransel, memakai alat musik keyboard, dan membawa boneka kodok. Dialah Muhammad Angin Bawono, dimana masyarakat lebih mengenalnya dengan nama Ustad Tri Kodok.

Pada waktu itu Dai Angin memang masih menggunakan nama kecilnya yaitu "Tri Giyarto" sebagai identitas saat mengikuti audisi Da'i TPI. Itulah mengapa ia dikenal dengan nama Ustad Tri. Dalam perjalanannya, finalis wakil kota Yogyakarta ini mendapat julukan "Da'i Kodok" dari masyarakat yang menggemari acara MIMBAR DAI TPI. Hal itu dikarenakan ciri khasnya yang selalu membawa boneka kodok dan menyanyikan lagu "Ada Kodok" (Lagu yang dipopulerkan oleh ria enes dan susan) pada saat tampil berdakwah di layar TPI.

Penggunaan properti dakwah berupa boneka kodok tentu bukan tanpa alasan. Da'i Angin sengaja membawa properti-properti seperti boneka, mainan, dan alat musik karena yang menjadi sasaran dari dakwahnya adalah kalangan anak-anak.

Ketika perlombaan Da'i TPI telah usai. Da'i Angin sempat mendapat tawaran dari produser Da'i TPI untuk menjadi narasumber tetap di acara yang bermerk "Buka Hati Bersama Da'i Kodok", semacam kuliah subuh khusus untuk anak-anak. Acara ini ditayangkan setiap hari minggu, pukul 05.00 - 05.30 WIB dan menghiasi layar kaca TPI sepanjang tahun 2006.

Walaupun masyarakat lebih memandang Da'i Angin "Kodok" sebagai mubaligh khusus untuk anak-anak. Namun sejak tahun 2007, ia mulai memperkaya segmen dakwahnya dengan merambah dunia remaja dan masyarakat umum. Hal ini ia lakukan sebagai bentuk penyesuaian atas banyaknya undangan ceramah yang datang dari sekolahan setingkat SMP hingga perguruan tinggi dan masyarakat umum.

Dan sejak saat itu, Da'i Angin lebih terkesan sebagai mubaligh spesialis remaja dan umum ketimbang mubaligh spesialis anak-anak. Kendati begitu, hal ini tidak berarti Da'i Angin sudah meninggalkan "jamaah anak-anak TK dan SD" yang dulu sangat setia mendukungnya lewat SMS!(by Ayusha)
Lihat Selengkapnya...KLIK DISINI MEN!

Dari Panggung Rock Menuju Mimbar Da'i TPI

Jika hidayah hilang anak nabi bisa berubah menjadi kafir. Jika hidayah datang maling jemuran bisa berubah menjadi imam masjid. Setitik hidayah juga telah mengubah jati diri seorang Muhammad Angin Bawono (Da'i Angin). Pemain musik rock ini tanpa disangka kini telah menjadi Da'i TPI. Keinginannya untuk mempelajari islam lebih dalam, diawali ketika ia berkenalan dengan musik qasidah. Sebuah aliran musik yang tentu sangat contras dengan jenis musik yang digelutinya, yaitu rock!

Sejak bergabung dengan grup rebana Al Hikmah (sebuah grup rebana dari dusun Jambusari, Kertek, Wonosobo) pada tahun 2003. Semakin lama Da'i Angin semakin cinta dengan musik-musik yang bernuansa islami. Musik seolah memberinya inspirasi untuk mempelajari islam lebih jauh. Malam yang biasanya ia gunakan untuk nongkrong sambil main gitar, kini ia gunakan untuk mengikuti majelis-majelis taklim. Waktu luang yang biasanya ia isi dengan nge-time di studio musik, kini ia menyibukkan diri dengan membaca buku-buku tentang agama. Dan hari minggu yang biasanya ia gunakan untuk menularkan ilmu nge-rock kepada para pemain band pemula, kini ia gunakan untuk melatih anak-anak seumuran SD untuk menyenandungkan sholawat.

Peristiwa yang sangat mencengangkan terjadi pada bulan Juli tahun 2005, saat ia terpilih menjadi finalis Da'i TPI wakil kota Yogyakarta. Banyak teman-temannya yang dahulu sesama pemain musik rock seolah tidak percaya akan hal ini. Bagaimana mungkin orang yang dulunya pernah bercita-cita menjadi musisi rock sejati, tapi kini ia tampil berceramah di layar kaca TPI. Namun inilah romantika hidup yang penuh dengan segala misteri. Putih terkadang berubah menjadi hitam, dan hitam terkadang berubah menjadi putih, dalam waktu yang amat sekejap. Persis seperti ulat yang berubah menjadi kepompong, lalu berubah menjadi kupu-kupu.

Tapi apakah sejak menjadi mubaligh, lantas Da'i Angin betul-betul sudah melupakan dunia rock? sepertinya tidak! Hingga sekarang Da'i Angin masih suka dengan ukuran rambut yang agak-agak panjang, persis seperti pada saat dulu ia nge-rock. Warna baju khas musisi rocker yaitu "hitam" pun masih menjadi kegemarannya. Bahkan Da'i dari Wonosobo ini punya ciri khas selalu memakai jubah hitam saat berdakwah.

Ketika dikonfirmasi mengenai hal ini Da'i Angin mengatakan bahwa penampilannya yang kerap memakai jubah hitam dan berambut agak-agak panjang, lebih dikarenakan ia sangat menggemari Khalid bin Walid, panglima perang islam yang mendapat julukan "Si Pedang Allah". Khalid bin Walid sendiri adalah sahabat nabi yang sering mamakai jubah hitam dan berambut agak panjang! nah loh.(by nur firdaus)
Lihat Selengkapnya...KLIK DISINI MEN!